Pendahuluan
Efektifitas pelaksanaan panggilan
kita sebagai orang percaya tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan para
pelaksananya.Dalam hal ini yaitu nilai-nilai etika dari kehidupan para pengikut
Kristus yang melaksanakan panggilan tersebut.Hal ini terlihat jelas dalam
pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid-Nya tentang panggilan mereka untuk
menjadi garam dan terang dunia. Dengan sikap dan perilaku moral yang baik dari
kehidupan mereka akan menjadi sarana peneguhan dari berita Injil yang mereka
beritakan. Tidaklah dapat disangkali bahwa pembentukan moral dan gaya hidup
dalam kehidupan pengikut Kristus tersebut merupakan hal yang sangat penting
bagi keberhasilan pelaksanaan panggilan kita sebagai orang percaya.
Dengan kata
lain, pembentukan sikap tersebut merupakan sarana bagi pelaksanaan panggilan
kita sebagai orang percaya.
Namun perlu dipelajari lebih jauh,
dalam konteks pelaksanaan panggilan misi, apakah pembentukan tata nilai
tersebut hanya bersifat sebagai sarana, atau sebaliknya juga merupakan sasaran
lanjut dari panggilan itu? Apabila ia merupakan sasaran lanjut, maka berarti
sasaran panggilan misi tidak berhenti sampai kepada pemberitaan Injil, tetapi
berlanjut sampai kepada pembentukan murid seperti yang telah Yesus katakan
sebelum Ia terangkat ke sorga dan terus menerus seperti itu. Jawaban atas
pertanyaan ini akan mempengaruhi pola dan strategi pelayanan misi. Sebab tentu
pola dan strategi ini sangat ditentukan antara lain oleh sasaran yang ingin
dicapai. Apabila pembentukan nilai etika bukan merupakan sasaran dalam
pelayanan misi, maka pola dan strategi pelayanan misi akan dititikberatkan kepada
upaya saturasi pemberitaan Injil. Sedangkan apabila pembentukan nilai etika
merupakan sasaran pelayanan misi, maka upaya saturasi pemberitaan Injil akan
ditaruh dalam konteks pembentukan tata nilai tersebut. Untuk menjawab
pertanyaan ini perlu dilakukan penelaahan terlebih dahulu atas hubungan antara
misi dan Amanat Agung. Berdasarkan penelaahan tersebut kita akan dapat
menentukan apakah sasaran panggilan misi yang seharusnya.
Perubahan
Nilai Etika, Tujuan dari Pemuridan
Apakah yang menjadi tujuan dari
pemuridan yang sebenarnya? Seperti yang dicatat oleh Lukas, Tuhan Yesus
mengajar tentang
hubungan guru
dan murid sebagai berikut: "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya,
tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan
gurunya." Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa dari segi afektif
tujuan pemuridan adalah menjadi sama dengan Sang Guru, yaitu Kristus sendiri.
Tujuan ini juga ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam surat-suratnya.Walaupun kata
"pemuridan" tidak muncul dalam tulisan Rasul Paulus, namun dalam
surat-suratnya konsep tentang hal tersebut nampak dengan sangat jelas.Di dalam
surat-suratnya berulangkali Paulus menyatakan panggilan bagi para pengikut
Kristus untuk hidup meneladani Kristus dan menjadi serupa dengan gambaran-Nya
(1 Korintus 11:1, Roma 8:29).
Menjadi sama dengan Kristus,
meneladani Kristus, atau menjadi serupa dengan gambaran-Nya itulah tujuan yang
sesungguhnya dari pemuridan. Jelaslah bagi kita sekarang bahwa melalui pemuridan seorang
pengikut Kristus dimaksudkan untuk mengalami pembentukan afektif,
pembentukan dengan tujuan agar yang
bersangkutan mengalami perubahan internal yang sedemikian rupa sehingga tolok
ukur yang ia gunakan dalam membuat keputusan adalah tolok ukur yang sama yang
digunakan oleh Kristus. Tolok ukur dalam pembuatan keputusan inilah yang
disebut sebagai etika. Sebab etika berkaitan dengan "apa yang
seharusnya", what ought to be, yaitu tolok ukur yang dengannya kita
menilai karakter dan tindakan. Dengan demikian berarti dapat juga dikatakan
bahwa tujuan pemuridan secara afektif adalah perubahan tata nilai etis dalam
kehidupan pengikut Kristus. Tentu saja pembuatan keputusan dengan tolok ukur
yang sama seperti yang digunakan oleh Kristus itu hanya dapat dilakukan oleh
seseorang yang benar-benar telah menyerahkan diri secara total kepada Kristus,
seperti yang dikatakan oleh Watson di atas.
Tanpa
komitmen yang bersifat total kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, Jesus Christ
as Lord, tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup dalam standar kehidupan
yang seperti itu. Hal ini juga berarti bahwa pemuridan sesungguhnya tidak
dimaksudkan Tuhan Yesus untuk membangun suatu kelompok elite di antara
umat-Nya. Sebaliknya setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya,
yaitu mereka yang memberikan tanggapan yang benar terhadap berita Injil yang
mereka terima, dengan sendirinya akan rela memberikan diri untuk mengalami
pembentukan tata nilai yang baru dalam kehidupannya. Melalui pembentukan nilai
etika yang disebut sebagai pemuridan ini orang mengalami pembentukan internal
yang bersifat terus menerus dan diubahkan menjadi serupa dengan Kristus.
Mau
tau tentang pemuridan lebih lanjut?
Hubungi
setiap pengurus dan panitia yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar