Selasa, 31 Juli 2012

Kelompok Tumbuh Bersama (KTB)


 Pendahuluan
           Efektifitas pelaksanaan panggilan kita sebagai orang percaya tidak dapat dipisahkkan dari kehidupan para pelaksananya.Dalam hal ini yaitu nilai-nilai etika dari kehidupan para pengikut Kristus yang melaksanakan panggilan tersebut.Hal ini terlihat jelas dalam pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid-Nya tentang panggilan mereka untuk menjadi garam dan terang dunia. Dengan sikap dan perilaku moral yang baik dari kehidupan mereka akan menjadi sarana peneguhan dari berita Injil yang mereka beritakan. Tidaklah dapat disangkali bahwa pembentukan moral dan gaya hidup dalam kehidupan pengikut Kristus tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi keberhasilan pelaksanaan panggilan kita sebagai orang percaya.
Dengan kata lain, pembentukan sikap tersebut merupakan sarana bagi pelaksanaan panggilan kita sebagai orang percaya.
           Namun perlu dipelajari lebih jauh, dalam konteks pelaksanaan panggilan misi, apakah pembentukan tata nilai tersebut hanya bersifat sebagai sarana, atau sebaliknya juga merupakan sasaran lanjut dari panggilan itu? Apabila ia merupakan sasaran lanjut, maka berarti sasaran panggilan misi tidak berhenti sampai kepada pemberitaan Injil, tetapi berlanjut sampai kepada pembentukan murid seperti yang telah Yesus katakan sebelum Ia terangkat ke sorga dan terus menerus seperti itu. Jawaban atas pertanyaan ini akan mempengaruhi pola dan strategi pelayanan misi. Sebab tentu pola dan strategi ini sangat ditentukan antara lain oleh sasaran yang ingin dicapai. Apabila pembentukan nilai etika bukan merupakan sasaran dalam pelayanan misi, maka pola dan strategi pelayanan misi akan dititikberatkan kepada upaya saturasi pemberitaan Injil. Sedangkan apabila pembentukan nilai etika merupakan sasaran pelayanan misi, maka upaya saturasi pemberitaan Injil akan ditaruh dalam konteks pembentukan tata nilai tersebut. Untuk menjawab pertanyaan ini perlu dilakukan penelaahan terlebih dahulu atas hubungan antara misi dan Amanat Agung. Berdasarkan penelaahan tersebut kita akan dapat menentukan apakah sasaran panggilan misi yang seharusnya.

Perubahan Nilai Etika, Tujuan dari Pemuridan
           Apakah yang menjadi tujuan dari pemuridan yang sebenarnya? Seperti yang dicatat oleh Lukas, Tuhan Yesus mengajar tentang
hubungan guru dan murid sebagai berikut: "Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya." Dari sana kita dapat menarik kesimpulan bahwa dari segi afektif tujuan pemuridan adalah menjadi sama dengan Sang Guru, yaitu Kristus sendiri. Tujuan ini juga ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam surat-suratnya.Walaupun kata "pemuridan" tidak muncul dalam tulisan Rasul Paulus, namun dalam surat-suratnya konsep tentang hal tersebut nampak dengan sangat jelas.Di dalam surat-suratnya berulangkali Paulus menyatakan panggilan bagi para pengikut Kristus untuk hidup meneladani Kristus dan menjadi serupa dengan gambaran-Nya (1 Korintus 11:1, Roma 8:29).
           Menjadi sama dengan Kristus, meneladani Kristus, atau menjadi serupa dengan gambaran-Nya itulah tujuan yang sesungguhnya dari pemuridan. Jelaslah bagi kita sekarang bahwa melalui pemuridan seorang pengikut Kristus dimaksudkan untuk mengalami pembentukan afektif, pembentukan   dengan tujuan agar yang bersangkutan mengalami perubahan internal yang sedemikian rupa sehingga tolok ukur yang ia gunakan dalam membuat keputusan adalah tolok ukur yang sama yang digunakan oleh Kristus. Tolok ukur dalam pembuatan keputusan inilah yang disebut sebagai etika. Sebab etika berkaitan dengan "apa yang seharusnya", what ought to be, yaitu tolok ukur yang dengannya kita menilai karakter dan tindakan. Dengan demikian berarti dapat juga dikatakan bahwa tujuan pemuridan secara afektif adalah perubahan tata nilai etis dalam kehidupan pengikut Kristus. Tentu saja pembuatan keputusan dengan tolok ukur yang sama seperti yang digunakan oleh Kristus itu hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang benar-benar telah menyerahkan diri secara total kepada Kristus, seperti yang dikatakan oleh Watson di atas.
Tanpa komitmen yang bersifat total kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan, Jesus Christ as Lord, tidaklah mungkin bagi seseorang untuk hidup dalam standar kehidupan yang seperti itu. Hal ini juga berarti bahwa pemuridan sesungguhnya tidak dimaksudkan Tuhan Yesus untuk membangun suatu kelompok elite di antara umat-Nya. Sebaliknya setiap orang yang sungguh-sungguh percaya kepada-Nya, yaitu mereka yang memberikan tanggapan yang benar terhadap berita Injil yang mereka terima, dengan sendirinya akan rela memberikan diri untuk mengalami pembentukan tata nilai yang baru dalam kehidupannya. Melalui pembentukan nilai etika yang disebut sebagai pemuridan ini orang mengalami pembentukan internal yang bersifat terus menerus dan diubahkan menjadi serupa dengan Kristus.

Mau tau tentang pemuridan lebih lanjut?
Hubungi setiap pengurus dan panitia yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar